Friday, July 29, 2011

Mendiskreditkan

MENDISKREDITKAN

Akhir-akhir ini, saya juga sering menjumpai kata-kata ini di grup fesbuk sebelah. Berdasar hasil pengamatan, penggunaannya kurang lebih begini:

A : Mengapa kau buang roti itu? Dasar bodoh! Kan baru beli kemarin, pasti belum basi. Itu namanya pemborosan!
B : Kau meletakkannya di atas meja, dan tutupnya kurang rapat, sehingga banyak semut masuk ke dalamnya.
A : Bagaimana bisa ada semut di meja? Kau tidak pernah mengelap meja?
B : Sudah kulap, tapi kau bangun tengah malam dan makan coklat, beberapa serpihannya jatuh di meja. Itu yang memancing semut. Aku tak makan coklat, jadi pasti kau, kan tak ada orang lain di sini. Lain kali tutuplah wadah roti dengan rapat, jangan ceroboh. Dan kalau makan coklat, pastikan tak tercecer di mana-mana, itu kan jorok.
A : Jadi kau MENDISKREDITKANku ceroboh dan jorok ya?!

Contoh lain seperti ini :

B : Kenapa kau terlambat?
A : Agak macet di jalan.
B : Rumahmu tak terlalu jauh. Lagipula tadi aku juga melewati daerah itu, tidak terlalu macet juga. Jam berapa kau berangkat?
A : Sekitar pukul 8:50.
B : Jam kantor pukul 9. Perjalanan dari rumahmu ke sini setidaknya butuh waktu 20-25 menit. 10 menit hanya mungkin ditempuh kalau jalanan sangat sepi, misalnya tengah malam.
A : Ya, memang sedikit terlambat karena ada sedikit masalah di rumah. Anakku tercebur ke dalam kolam karena mengejar kura-kura.
B : Bagaimana bisa terjadi?
A : Kura-kuraku lepas dari akuarium, lalu kabur dengan cepat. Anakku ikut berlari mengejarnya, lalu di dekat kolam tak sengaja terpeleset kencing cicak, lalu tercebur.
B : Kura-kuramu bisa berlari? Dan anakmu terpeleset kencing cicak? Apakah itu masuk logika?
A : Apakah anda sedang MENDISKREDITKAN saya? Maksud anda, kata-kata saya tidak masuk logika?!

Ternyata sulit juga mengarang cerita bodoh. Hehe... Contoh yang ke-2 itu sangat memaksa. Otak sudah agak error, harap dimaklumi lah... (--') Intinya sih, kata MENDISKREDITKAN itu biasanya digunakan oleh orang kepepet, kalah debat, atau malu mengakui kesalahan. Bukan selalu sih, cuma "biasanya" alias "sering". Jadi ya mesti mulai dibiasakan...

Toleransi

TOLERANSI

Topik ini terinspirasi dari status seorang teman di Fesbuk mengenai toleransi antar umat beragama dalam acara layatan. Blablabla... tidak usah disebut di sini. Intinya, dari pembahasan panjang lebar di sana, saya menarik sebuah kesimpulan tentang pengertian kata toleransi. Ilustrasinya sebagai berikut:

1. Setiap Jumat sore, seluruh karyawan di perusahaan A mau tidak mau harus mendengar suara nyanyian-nyanyian dan teriakan-teriakan puji-pujian agama X di kantor sebelum jam kerja usai (dengan suara yang cukup keras). Catet ya, SEBELUM jam kerja usai. jadi, tidak peduli betapapun sibuknya, betapapun pusingnya, betapapun harus berkonsentrasi, tetap harus mendengar suara teriakan-teriakan tersebut. Alasannya, karena yang mengadakan acara adalah big boss.
--- Pertanyaan saya: Bagaimana jika seandainya ada sekelompok karyawan (biasa) yang beragama lain hendak melakukan ibadah atau kumpul-kumpul di kantor sebelum jam kerja selesai? Ambil contoh misalnya mau mengadakan pengajian, atau mau nyanyi-nyanyi ala Konghucu Indonesia. Atau apalah... intinya pada jam kerja dan bersuara keras. Kira-kira, apakah akan diijinkan ya? Memang sih terkesan mengada-ada & dibuat-buat, tapi SEANDAINYA ada yang bernisiatif meminta ijin melakukan itu, kira-kira diperbolehkan atau tidak ya?

2. Setiap hari Minggu (pagi, siang, sore), penduduk yang tinggal di sekitar rumah ibadah agama X, mau tidak mau harus mendengar suara-suara musik dan nyanyian yang sangat keras. Saya pernah beberapa kali beli jajanan di seberang situ, suaranya benar-benar terdengar menusuk telinga bahkan dari seberang jalan (memang tidak semua rumah ibadah agama X itu begitu, tapi ya sungguh ada yang begitu). Jadi dalam kasus ini, yang dinamakan toleransi adalah menguatkan telinga atau menutup telinga atau pergi dari rumah.
--- Pertanyaan saya: Bagaimana jika seandainya sebuah keluarga yang tinggal di samping rumah ibadah tersebut beragama lain, lalu pada hari Minggu mereka hendak bermeditasi misalnya, atau apapun itu, intinya membutuhkan situasi yang tenang. Kira-kira, apakah rumah ibadah tersebut akan mematikan seluruh sound system dan alat musiknya? Atau mengganti jam ibadah? Lagi-lagi memang hanya PERMISALAN. Misalnya itu terjadi, kira-kira bagaimana?

Jadi, menurut hemat saya (ga bisa boros, soalnya ga punya duit)... TOLERANSI adalah sejenis hubungan satu arah yang wajib dilakukan oleh pihak yang lebih rendah kepada pihak yang lebih tinggi, atau pihak yang lebih sedikit terhadap pihak yang lebih banyak. Jika dapat terjadi sebaliknya, maka itulah yang dinamakan "mukjizat" atau "kemurahan hati". Saya tidak mengatakan tidak mungkin terjadi lho... Tapi ya itu, "mukjizat".

Start To Blogging Again? *LOL*

Ternyata sudah berdebu dan penuh sarang laba-laba ini blog. Post terakhir 10 Juli 2010... Jaman dinasti apa itu? *LOL* Penyebabnya ya antara lain Fesbuk, PPS, pria (baca: kekasih), The Sims, dll.

Seperti sering saya katakan, saya ini tidak ada jiwa jadi penulis karena mood2an. Menulis, menggombal, meracau, atau apapun itu... daripada hobi, mungkin lebih dapat dikategorikan sebagai semacam "suasana hati". Orang bilang, seperti wajah anak kecil, sehari berubah 3 kali. Eh, benar tidak itu istilahnya ya? Lupa... (--')