Sunday, August 28, 2011

Mo Zi - Membantah Ru (墨子卷九非儒下第三十九) Translation

Mo Zi (墨子) 468-376 SM

Pencetus ajaran Mo (墨家思想). Konon sebelumnya pernah mempelajari ajaran Ru, baru kemudian mencetuskan pemikirannya sendiri, termasuk pemikiran yang menentang ajaran Ru. Salah satunya dalam Fei Ru (非儒), yang sebenarnya terdiri dari 2 bagian, namun bagian pertamanya telah hilang. Berikut ini adalah bagian ke-dua. Banyak "rumor" dan "analisa" mengenai Fei Ru ini. Ada yang berteori, Mo Zi sebenarnya hanya memprotes kaum Ru (murid-murid Kong Zi) pada saat itu, namun tidak memprotes Kong Zi. Ada juga yang mengatakan, Fei Ru ini sebenarnya bukanlah ajaran asli Mo Zi. Namun hal-hal tersebut juga belum terbukti 100% alias baru pemikiran orang-orang saja.


Mozi - Fei Ru Bagian Ke-dua :

Kaum Ru berkata: "Mencintai kerabat harus ada bedanya, menghormati orang bijak juga ada bedanya." Maksudnya adalah adanya perbedaan hubungan yang dekat dan yang jauh, derajat yang lebih terhormat dan yang lebih rendah. Dalam Yi Li tertulis: Masa berduka untuk orang tua adalah 3 tahun, untuk istri dan putra sulung juga 3 tahun; untuk paman (dari ayah), saudara, dan anak dari selir/gundik 1 tahun; untuk kerabat dari marga lain 5 bulan. Jika menggunakan jauh dekatnya hubungan untuk menentukan masa berduka, maka istri dan anak sulung dianggap sama dengan ayah. Jika menggunakan lebih terhormat dan lebih rendahnya derajat untuk menentukan masa berduka, maka istri dan putra sulung dianggap sama terhormat derajatnya dengan orang tua; lalu paman, kakak dan anak dari selir/gundik dianggap sederajat. Apakah layak kurang ajar seperti ini?

Orang tua mereka meninggal, jenasahnya diletakkan, tidak segera diberi pakaian dan dimasukkan ke peti. Malah mencari di rumah, mengintip ke dalam sumur, merogoh lubang tikus, memanggil arwah orang yang sudah meninggal, dikiranya masih ada, sungguh konyol sekali. Jika tidak ada, juga tetap harus diminta, sungguh palsu sekali.

Saat menikah, harus pergi sendiri menjemput istri, dengan mengenakan pakaian bawahan hitam dan mengendarai kereta, menggenggam tali kekang, kemudian talinya diberikan kepada istri seperti sedang melayani ayah. Ritual upacara pernikahan seperti sedang sembahyang kepada dewa. Menjungkirbalikkan yang tinggi dan yang rendah, melawan orang tua, menjadi sejajar dengan istri. Meninggikan derajat istri dan melayani orang tua dengan cara seperti ini, apakah bisa dikatakan berbakti? Orang Ru saat mengambil istri (menikah) katanya, "Istri harus melakukan upacara sembahyang, anak harus menjaga kuil leluhur, maka harus dihormati." Seharusnya dijawab, "Itu bohong! Kakaknya juga menjaga kuil leluhur selama puluhan tahun, kemudian meninggal, masa berkabungnya hanya 1 tahun. Istri saudaranya juga menyembahyangi leluhurnya, tapi kalau meninggal, tidak berkabung untuknya. Sedangkan untuk istri dan anak sendiri, berkabung 3 tahun, pasti bukan karena alasan menyembayangi leluhur." Memberikan perlakuan khusus pada istri dan anak hingga berkabung 3 tahun, bisa dikatakan, "Ini namanya mementingkan keluarga." Tapi bukankah ini memberikan lebih pada orang yang lebih disayangi dan menyepelekan orang yang lebih penting, apakah bukan penipu namanya?

Selain itu juga bersikeras tentang "ada takdir", dan berkata, "Umur panjang dan pendek, hidup miskin dan kaya, dunia kacau dan damai, semua ada takdirnya, tidak dapat dikurangi atau ditambah. Hadiah dan hukuman, keberuntungan dan kesialan, semua adalah hitungan dari langit. Pengetahuan dan kekuatan manusia tidak bisa berbuat apa-apa." Pejabat yang mempercayai hal ini akan menjadi malas mengerjakan tanggung jawabnya. Rakyat yang mempercayai hal ini akan menjadi malas bekerja. Pejabat tidak mengurus negara, maka negara akan kacau. Petani tidak rajin bekerja, maka akan menjadi miskin. Miskin dan kacau, sama sekali berlawanan dengan tujuan pemerintahan dan pengaturan. Orang-orang Ru menganggapnya sebagai ajaran, padahal ini mencelakakan dunia.

Menggunakan ritual yang rumit untuk membingungkan orang, berduka dan berpura-pura bersedih dalam waktu yang lama untuk menipu orang tua yang telah meninggal. Menciptakan teori tentang "takdir", membuat orang sudah puas walaupun miskin. Orang tidak melakukan yang seharusnya dilakukan, dan bermalas-malasan dengan tenang. Rakus makan dan minum, malas bekerja, beresiko bisa terjebak kelaparan dan kedinginan. Seperti pengemis, seperti tikus yang mencuri dan menyimpan makanan, seperti kambing jantan yang serakah, melompat-lompat seperti babi dikebiri. Kalau ditertawakan oleh junzi, mereka akan bilang: "Orang biasa bagaimana bisa memahami kaum Ru yang baik?!" Di musim panas mengemis, makan gandum dan padi, menunggu hingga 5 macam bahan pangan sudah lengkap, lalu pergi ke tempat orang yang sedang mengadakan upacara kematian. Anak cucu semua ikut, makan dan minum sepuasnya. Cukup ikut beberapa kali upacara kematian, maka sudah cukup (mendapat makan). Mengandalkan orang lain untuk jadi terhormat, mengandalkan hasil sawah orang lain untuk jadi kaya. Kalau ada orang kaya yang mengadakan upacara kematian, mereka akan sangat senang, katanya, "Inilah sumber makan & pakaian!"

Kaum Ru bilang, "Junzi harus mengucapkan kata-kata kuno dan berpakaian seperti orang kuno, baru dapat dibilang orang bajik". Seharusnya dijawab, "Yang disebut dengan kata-kata kuno dan pakaian kuno itu semuanya pernah menjadi baru pada jamannya. Orang kuno mengatakannya dan mengenakannya, apakah berarti bukan junzi? Lalu kenapa harus mengucapkan kata-kata orang yang bukan junzi, mengenakan pakaian orang yang bukan junzi, baru dapat menjadi orang bajik?"

Mereka (kaum Ru) berkata lagi, "Junzi hanya mengikuti apa yang dilakukan orang kuno dan tidak perlu menciptakan yang baru." Jawab saja pada mereka, "Pada jaman kuno, Hou Yi menciptakan panah, Ji 伃menciptakan jubah perang, Xi Zhong menciptakan kereta, Qiao Chui menciptakan perahu. Kalau begitu, maka tukang sepatu, pembuat jubah perang, tukang kereta, dan tukang kayu semuanya junzi. Sedangkan Hou Yi, Ji 伃, Xi Zhong, dan Qiao Chui, semuanya adalah xiaoren?"

Mereka (kaum Ru) berkata, "Junzi setelah menang perang tidak mengejar prajurit musuh yang sudah lari, menarik busur tetapi tidak memanah mereka, jika kereta musuh terperangkap maka bantu mereka mendorongnya." Jawablah kepadanya, "Jika kedua belah pihak adalah orang bajik, maka tidak mungkin saling berperang. Orang bajik akan membahas masalah dengan logika dan alasan, yang tidak beralasan/berlogika mengikuti yang beralasan/berlogika, yang tidak tahu mengikuti yang tahu. Jika tidak bisa mengemukakan alasan, maka seharusnya tunduk; jika melihat yang baik, maka harusnya mengikuti. Kalau begini, bagaimana mungkin bisa berperang? Dan jika kedua belah pihak adalah orang kasar/jahat, maka walaupun yang menang lalu tidak mengejar musuh, menarik busur tidak memanah, membantu mendorong kereta musuh yang terperangkap, tetap saja tidak bisa menjadi junzi, tetap saja orang kasar/jahat. Pemimpin suci/bijak berperang membasmi kejahatan untuk menolong dunia, jika sudah menang lalu menggunakan ajaran Ru dan berkata pada anak buahnya, 'Jangan kejar yang sudah lari, tarik busur jangan dipanah, jika keretanya terjebak bantu mendorong', maka dengan demikian penjahatnya akan lolos lagi, kejahatan tidak dimusnahkan, tetap akan mencelakakan masyarakat. Tidak ada perbuatan yang lebih tidak ebrbudi daripada ini!"

Mereka (kaum Ru) berkata, "Junzi itu seperti lonceng, jika tidak dipukul maka tidak berbunyi." Seharusnya dijawab begini, "Orang bajik bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala sesuatu, juga bersungguh-sungguh dalam berbakti. Jika ada yang baik maka dipuji, ada yang salah maka dinasehati, ini baru jalan menjadi bawahan. Menunggu dipukul baru berbunyi, tidak dipukul tidak berbunyi; menyembunyikan kepandaian namun malas menggunakan tenaga, tenang menunggu ditanya oleh raja dulu baru menjawab. Dengan begini, kalaupun ada hal yang sangat menguntungkan raja, jika tidak ditanya juga tidak akan dikatakan. Jika akan terjadi kekacauan, ada penjahat yang akan beraksi, orang lain tidak tahu, hanya diri sendiri yang tahu; walaupun di sana ada raja dan keluarganya, tapi tetap tidak dikatakan kalau tidak ditanya. Ini namanya penjahat yang membuat kacau. Sikap seperti ini adalah bawahan yang tidak setia, anak yang tidak berbakti. Menghadapi masalah hanya mengambil sikap mundur dan tidak berkata-kata. Saat di kerajaan, jika ada hal yang menguntungkan diri sendiri, bicaranya takut kalah cepat dengan orang lain. Jika raja mengatakan hal yang tidak membawa keuntungan bagi diri sendiri, maka berpangku tangan, memandang ke bawah, berbicara seperti ada nasi di dalam mulutnya, bilang, ‘Hamba belum pernah mempelajarinya.’ Saat raja memerlukan, ia telah pergi jauh meninggalkan raja.”

Asalkan yang mempelajari jalan kebenaran, pasti akan sama-sama mengarah pada kebenaran dan kebajikan. Jika besar dapat mengarahkan orang, sekecil-kecilnya dapat menjadi pejabat, dalam jarak jauh menolong orang lain, dalam jarak dekat membina diri. Jika tidak berbudi maka tidak dilakukan, jika tidak beralasan maka tidak dilakukan. Mengutamakan kepentingan dunia. Jika perbuatan tidak ada keuntungannya, maka dihentikan. Ini adalah jalan untuk menjadi junzi. Dari tindak tanduk Kong X yang kudengar, pada dasarnya sudah berlawanan dengan ini.

Qi Jing Gong bertanya pada Yan Zi: “Kong Zi itu orangnya bagaimana” Yan Zi tidak menjawab. Qi Jing Gong bertanya sekali lagi, namun tetap tidak dijawab. Jing Gong berkata, “Ada banyak yang menceritakan tentang Kong X padaku, semua mengatakan beliau orang bijak. Sekarang aku bertanya padamu, kenapa kau tidak menjawab?” Yan Zi menjawab, “Yan Zi tidak berkemampuan, tidak cukup mengenal orang bijak. Namun saya mendengar, yang namanya orang bijak, jika masuk ke negara orang maka harus mengakrabkan hubungan raja dan pejabat, mendamaikan masalah antara atasan dan bawahan. Kong X pergi ke negara Chu, sudah tahu rencana Bai Gong, tapi malah memberikan Shi Qi kepadanya. Akibatnya, raja hampir tewas dan Bai Gong terbunuh. Aku mendengar, orang bijak tidak memalsukan kepercayaan raja; mendapatkan hati rakyat namun tidak membuat kekacauan. Mengatakan hal yang menguntungkan orang lain kepada raja, mengatakan hal yang menguntungkan raja kepada rakyat. Melakukan tindakan yang berbudi agar diketahui rakyat, juga memikirkan siasat-siasat untuk diberitahukan kepada raja. Kong X membuat rencana dengan seksama, bekerja sama dengan pemberontak, menggunakan kepandaiannya untuk melakukan hal yang tidak baik. Mendorong rakyat bawah untuk melawan raja, mengajari pejabat untuk membunuh raja. Bukan tindakan orang bijak. Masuk ke negara orang lalu bersekongkol dengan pemberontak, tidak sesuai dengan norma yang benar. Tahu ada orang yang tidak setia, malah mendorongnya untuk berontak, ini bukan tindakan yang bajik dan berbudi. Membuat rencana di belakang orang lain, berbicara di belakang orang lain, berbuat hal baik tidak boleh dilihat rakyat, merancang siasat tidak diberitahukan kepada raja. Aku tidak tahu perbedaannya antara Kong X dengan Bai Gong, maka tidak menjawab.” Bai Gong berkata, “Kau telah memberitahukan banyak kepadaku. Kalau bukan kau, aku tidak tahu kalau Kong X itu sama saja dengan Bai Gong.”

Kong Zi pergi ke negara Qi, bertemu dengan Jing Gong. Jing Gong sangat gembira, ingin memberikan wilayah Ni Xi kepadanya, dan memberitahukan hal ini kepada Yan Zi. Yan Zi berkata, “Tidak boleh. Kaum Ru sombong dan lancang, tidak boleh sampai mengajar rakyat; mereka suka musik dan mengacaukan rakyat, tidak boleh membiarkan mereka langsung memerintah rakyat; mereka percaya pada takdir dan malas bekerja, tidak boleh membiarkan mereka jadi pejabat; mereka mengadakan upacara kematian dan bersedih dengan berlebihan, tidak boleh membiarkan mereka terlalu mencintai rakyat; berpakaian aneh dan berekspresi serius, tidak boleh membiarkan mereka mengarahkan orang banyak. Kong X berdandan formal dan serius untuk membingungkan orang, menggunakan alat musik dan tari-tarian untuk mengumpulkan murid, menggunakan ritual-ritual yang bermacam-macam untuk menunjukkan adat kesusilaan, berjuang keras untuk menjalankan ritual-ritual kuno yang rumit agar dilihat orang banyak. Walaupun orang-orang ini yang berpengetahuan luas, namun tidak diperbolehkan menggunakannya untuk membahas masalah dunia, pemikiran yang pesimis dan sedih tidak berguna untuk rakyat. Sampai beberapa kehidupan juga tidak cukup untuk mempelajari semua ilmu mereka, orang-orang muda juga tidak bisa melaksanakan berbagai ritual kesusilaan mereka yang rumit. Mengumpulkan kekayaan juga tetap tidak cukup dan habis untuk urusan musik. Pergi ke mana-mana untuk menyamarkan perkataan mereka, menipu raja saat itu; menggalakkan musik besar-besaran untuk mengacaukan rakyat yang bodoh. Jalan dan ajaran mereka tidak boleh diumumkan kepada dunia, pengetahuan mereka tidak boleh digunakan untuk mengajar rakyat. Jika sekarang raja memberikan gelar pada Kong Zi agar menguntungkan kebudayaan negara Qi, maka itu bukanlah cara untuk mengarahkan rakyat.” Jing Gong berkata, “Baik.” Kemudian beliau memberikan penghormatan yang besar kepada Kong Zi, namun tidak memberikan tanah kepadanya; menemuinya dengan hormat, namun tidak menanyakan tentang ajarannya. Oleh sebab itu, Kong X sangat marah kepada Jing Gong dan Yan Zi. Kemudian mempromisokan Fan Li kepada Tian Chang, memberitahukannya kepada Nanguo Hui Zi, lalu kembali ke negara Lu. Tidak lama kemudian, negara Qi hendak menyerang negara Lu, beliau berkata kepada Zi Gong, “Sekarang sudah waktunya melakukan tindakan besar!” kemudian mengutus Zi Gong ke negara Qi, menemui Tian Chang dengan melalui Nanguo Hui Zi, menasehatinya untuk menyerang negara Wu; juga mengajari marga Gao, Guo, Bao, dan Yan untuk jangan menghalangi Tian Chang memberontak; kemudian menasehati negara Yue untuk menyerang negara Wu. Dalam 3 tahun, negara Qi dan Wu hancur, ratusan juta orang terbunuh, semuanya itu dibunuh oleh Kong X.

Kong X menjabat sebagai sikou (nama jabatan) negara Lu, melepaskan kepentingan umum dan mengabdi kepada marga Jisun. Marga Jisun adalah musuh raja negara Lu yang melarikan diri. Saat marga Jisun memperebutkan gerbang kota dengan orang, Kong X membuka gerbng dan melepaskan Jisun kabur.

Saat Kong X terjebak di antara Chen dan Cai, hanya bisa membuat kuah bubur dengan daun li tanpa sebutir beras pun. Pada hari ke-10, Zi Lu memasak seekor babi, Kong X langsung memakannya tanpa menanyakan asal daging tersebut; menjual baju orang untuk membeli arak, Kong X juga langsung meminumnya tanpa menanyakan asal usulnya. Kemudian Lu Ai Gong datang menjemput Kong Zi; tikarnya ditata kurang rata, ia tak mau duduk; dagingnya dipotong kurang lurus, ia tidak mau makan. Zi Lu datang dan bertanya, “Mengapa tindakan Anda berlawanan dengan saat di Chen Cai?” Kong X menjawab, “Waktu itu, kita sedang terdesak untuk bertahan hidup, sekarang kita untuk kebenaran.” Saat kelaparan tidak masalah untuk mengambil sembarangan untuk bertahan hidup. Saat kenyang, berpura-pura dengan tindakan munafik. Apakah ada tindakan yang lebih menipu dan munafik daripada ini?

Kong X dan murid-muridnya sedang duduk-duduk santai. Ia berbicara, “Shun menemui Gu Shou, Cu Chu merasa tidak tenang. Saat itu sungguh berbahaya! Zhou Gong Dan bukan orang yang berbudi, kalau tidak, mana mungkin ia meninggalkan istrinya dan bermalam di luar?”

Segala tindak tanduk Kong X adalah berasal dari hatinya sendiri. Teman-teman dan murid-muridnya juga meniru Kong X. Zi Gong dan Ji Lu membantu Kong Li membuat rusuh di negara Wei; Yang Huo membuat rusuh di negara Qi; Fo 肸 memberontak di Zhongmou; Qi Diao membuat hukuman mati. Tidak ada yang lebih brutal daripada ini.

Murid tentu akan belajar kata-kata gurunya, meniru tindakan gurunya; hingga tenaganya tak cukup, kepandaiannya tak cukup, barulah berhenti. Sekarang tindakan Kong X saja seperti ini, maka murid-murid Ru yang biasa juga dapat dicurigai.


Translated by Fengzi.J (=me!) @ 2011.03.22

------------------------------------------------------

Ngomong-ngomong... "RU" di sini lebih merujuk ke Ru Jia atau Ru Jiao ya? Atau kalo dipaksa translate ke Indo = Konghucu? Sepertinya kok kurang pas juga... Whatever lah.

No comments:

Post a Comment