Sunday, August 28, 2011

Kaisar Hongwu dan Permaisuri Ma adalah suku Hui dan beragama Islam?? (lagi2 HOAX)

Lagi bongkar-bongkar artikel lama. Sekalian dah post yg ini juga. Written by Fengzi.J (=ME! again!) @ 2010.10.06


Tadi siang menjelang sore, seorang teman mengangkat persoalan mengenai Islam Zhongguo di conference YM. Salah satunya yang diklaim sebagai muslim adalah Permaisuri Ma (Ma Xiuying, permaisurinya Zhu Yuanzhang). Tentang muslim-musliman itu sebelumnya saya juga sudah pernah dengar, termasuk Huang Feihong dan Hakim Bao yang juga KONON KATANYA muslim, tapi belum pernah menyelidiki soal ini. Sampai hari ini, akhirnya penasaran dan mencoba search lebih lanjut. Dan ternyata tidak hanya Empress Ma yang "muslim", kaisarnya sendiri, Emperor Hongwu, kaisar pendiri dinasti Ming juga "muslim", dan bahkan mereka adalah suku Hui, bukan Han. Coba kita membantah tanpa makian dan marah-marah.

Begini ceritanya....

1. Ahli sejarah luar negeri Li Dongming dalam tulisannya Penjelasan Detail Tentang Dinasti Ming mencatat: "Dia (Zhu Yuanzhang) adalah anak rakyat jelata, pada usia 17 tahun, yaitu tahun ke-4 pemerintahan Kaisar Yuanshun, terjadi bencana kekeringan dan penyakit melanda kampung halaman di Anhui, Fengyang. Ayah (Zhu Shizhen), ibu (Marga Chen), dan kakak tertua (Zhu Xinglong) meninggal berurutan dalam beberapa hari. Di rumah tidak ada uang, tidak mampu membeli 3 buah peti mati, apalagi tanah kuburan. Untung ada tetangga bermarga Liu yang baik hati, memperbolehkan dia dan kakak kedua (Zhu Xingsheng) membungkus jasad ayah, ibu, dan kakak pertama dengan kain putih dan dimakamkan di sebuah sudut tanah makam keluarga Liu." Menurut tradisi suku Han, peti mati keluarga kaya terbuat dari kayu fir (杉木), keluarga menengah terbuat dari kayu biasa, keluarga miskin menggunakan peti dari papan tipis, keluarga sangat miskin membungkus jasad dengan menggunakan alang-alang (芦苇) lalu dikubur di tanah kosong. Jika keluarga Zhu adalah orang Han, mengapa tidak menuruti tradisi suku han, namun justru menggunakan kain putih? Padahal harga kain putih lebih mahal dibanding papan tipis maupun alang-alang. Mengapa keluarga Zhu yang miskin justru memilih bahan yang lebih mahal ini? Agama Islam memiliki aturan bahwa jasad harus dikebumikan dengan dibungkus kain putih (kafan).

-- TRUTH --> Monumen bakti yang ada di makam kaisar Ming ditulis atas perintah Zhu Yuanzhang. Salah satu kalimat di dalamnya berbunyi: “…… ingin mengubur tak ada peti, hanya dibalut dengan pakaian robek ……”. Zhu Yuanzhang sendiri mengatakan bahwa ia membungkus jasad dengan pakaian robek, BUKAN kain putih. Selain itu, Penjelasan Detail Tentang Dinasti Ming yang sesungguhnya mencatat: “memperbolehkan dia dan kakak kedua (Zhu Xingsheng) membungkus jasad ayah, ibu, dan kakak pertama dengan baju bekas dan dimakamkan di sebuah sudut tanah makam keluarga Liu”. Kali ini baju bekas juga “tidak sengaja” diubah menjadi kain putih.

2. Sejarah Ming mencatat: “Kaisar Taizu sebatang kara dan tidak memiliki tempat berlindung, maka menjadi biksu (僧) di Kuil Huangjue (皇觉寺)”. Tapi sesungguhnya Kuil Huangjue bukanlah kuil Budha atau Tao, melainkan adalah sebuah masjid. Yang dimaksud dengan “biksu” sebenarnya adalah mualaf di masjid. Nama Kuil Huangjue ini pun sebenarnya diberikan oleh Zhu Yuanzhang sendiri setelah naik tahta, yaitu memiliki arti bahwa di kuil inilah Kaisar (皇) mendapatkan pencerahan (觉醒). Kuil ini terletak di luar pintu timur kota Fengyang, bangunannya berada di barat dan menghadap ke timur. Menurut tradisi Zhongguo, bangunan kuil Ru, Budha, dan Tao biasanya berada di utara dan menghadap ke selatan. Sedangkan masjid Islam semuanya berada di barat menghadap ke timur, karena umat Islam beribadah dengan menghadap ke arah Mekkah.

-- TRUTH --> Zhu Yuanzhang sendiri berkata: “Menyembah Budha di pintu kekosongan (空门), keluar masuk kamar biksu.” Ada lagi catatan tentang Kaisar Hongwu tidak menyukai kata “guang” (光; artinya: bercahaya atau bisa juga untuk menyebut kepala gundul). Apakah jadi mualaf di masjid juga harus digundul? Apakah masjid juga disebut dengan istilah “pintu kekosongan”? Kuil Longxing, disebut juga Kuil Besar Longxing berada di bawah Gunung Di Yi (第一山; artinya: gunung nomor satu) di sebelah utara Fengyang. Nama lamanya adalah Kuil Yuhuang. Kaisar Hongwu menjadi biksu di kuil ini. Kuil ini dibangun kembali pada tahun 1383, Zhu Yuanzhang sendirilah yang menuliskan huruf pada batu/prasasti Kuil Longxing ini, dan membuat Peraturan Biksu Kuil Besar Longxing. Kuil Longxing ini ada nama dan lokasi jelasnya, dapat dibuktikan. Bagaimana dengan penjelasan bahwa Kuil Huangjue adalah sebuah masjid itu? Coba tunjukkan di mana masjidnya!

3. Sayyed Ali Akbar dari Persia pada tahun 1500 berkunjung ke Zhongguo. Pada tahun 1516, ia menuliskan bukunya yang berjudul Catatan Perjalanan Ke Zhongguo. Di dalamnya tercatat: “Di dalam istana, ada masjid yag khusus digunakan oleh Kaisar. Pada hari Jumat, Kaisar pergi untuk beribadah di masjid luar kota. Juga banyak pejabat beragama Islam yang berjasa dan dihargai oleh Kaisar. Dari berbagai tingkah laku kaisar, dapat dilihat bahwa beliau telah memeluk agama Islam. Hanya saja, ia tak dapat mengakuinya dengan terang-terangan karena tidak sesuai dengan adat dan budaya bangsanya.”

-- TRUTH --> Pada halaman 64 Catatan Kaisar Wuzong tercatat dengan jelas bahwa Kaisar sangat ahli mengenai kitab Budha dan bahasa Sansekerta (佛经、梵语无不通晓). > karangan Ali Akbar versi terbitan tahun 1988, halaman 40, tertulis bahwa Kaisar Zhengde beragama Budha: “Kaisar Zhongguo menganggap dirinya sebagai murid Sakyamuni, ini adalah satu-satunya yang dipercaya olehnya.” Larangan makan babi baru dikeluarkan pada tahun ke 14 pemerintahannya (buktinya dapat dilihat pada Ming Hui Dian bagian 116). Kaisar Zhengde memang pernah mempelajari berbagai macam agama, namun yang paling dikuasainya adalah agama Budha Tibet, bukan Islam.

4. Menu makan Zhu Yuanzhang. Pada rapat ke-10 pembahasan sejarah dinasti Ming, pengamat sejarah dari Taiwan, Qiu Zhonglin menunjukkan menu yang ditemukannya dari catatan jaman dinasti Ming. “Udang asam cabe, angsa bakar, kambing, daging angsa, perut kambing, ayam tim 5 rasa, tulang kambing, ...... ” (banyak kambing, tidak ada babi). Ini adalah menu makan siang Zhu Yuanzhang pada suatu hari di bulan ke-6 tahun 1384.

-- TRUTH --> Pada rapat yang sama, orang yang sama juga menunjukkan menu santapan pagi Zhu Yuanzhang: “daging kambing goreng, angsa kukus, babi goreng sayur, ......”Dapat dilihat bahwa Zhu Yuanzhang memang suka daging kambing, tapi ia juga makan babi.

5. Di antara jendral-jendral anak buah Zhu Yuanzhang, banyak terdapat suku Hui. Pada jaman akhir dinasti Yuan, suasane politik sangat panas dan sensitif, bagaimana serombongan prajurit suku Hui bisa bergerombol bersamanya? Istri Zhu Yuanzhang bermarga Ma (), kakinya tidak diikat, ini sudah menjelaskan semuanya. Di antara 10 orang suku Hui, 9 di antaranya bermarga Ma, dan wanita suku Hui tidak mengikat kaki. Dan pada saat itu, suku Hui sangat jarang mau menikah dengan suku lain. Di masyarakat beredar perkataan “10 orang hui melindungi 1 Zhu” (十回保一朱). Yang dimaksud adalah Chang Yuchun, Hu Dahai, Feng Guoyong, Feng Sheng, Ding Dexing, Lan Yu, Mu Ying, Hua Yun, Li Wenzhong, dkk.

-- TRUTH --> Zhu Yuanzhang saat itu adalah biksu miskin. Permaisuri Ma juga tak jauh berbeda. Apakah tidak mengikat kaki pasti berarti suku Hui? Kita tidak sebegitu pede-nya untuk mengatakan bahwa Permaisuri Ma dijamin 100% pasti suku Han asli. Tapi saat itu masih banyak sekali wanita suku Han di daerah-daerah yang tidak mengikat kaki, misalnya dari suku Ke Jia (Hakka). Di antara 10 orang suku Hui, ada 9 yang bermarga Ma, lalu mengapa di antara jendral-jendral yang disebutkan di atas tidak ada satupun yang bermarga Ma? Tidakkah ini terlalu kebetulan? Chang Yuchun, Lan Yu, dan Hu Dahai belum daat ditemukan bukti kesukuannya. Mu Ying aslinya bermarga Duanmu, dan keluarganya di kampung halaman memiliki kebiasaan memelihara babi untuk tahun baru. Feng Sheng (冯胜) dan Ding Dexing(丁德兴) adalah orang Dingyuan. Menurut catatan wilayah Dingyuan, marga-marga orang Hui di Dingyuan adalah: Mu (穆), Ma (马), Yang (扬), Mi (米), Hu (忽),Wang (王), An (安), dan Du (杜). Tidak ada marga Feng dan Ding.


Sebenarnya kalau mau diteruskan (search dan translate-nya), masih ada beberapa bantahan lagi mengenai klaim tidak jelas ini. Tapi saya rasa sudah tidak perlu. Lima poin di atas sepertinya sudah cukup untuk mematahkan upaya memualafisasi dan mengubah suku kaisar pendiri dinasti Ming kita... Bukan masalah islamnya atau sukunya atau bagaimana. Kalau memang beliau islam, tidak ada masalah diakui, bagaimanapun juga, itu kan kaisar leluhur saya. Tapi kalo bukan islam ya jangan maksa dimualafin donk... Hargai dikit leluhur orang lain! Udah wafat pula orangnya.

No comments:

Post a Comment