Monday, April 6, 2009

Blog - Their Blog - My Blog - Me

Aku tak butuh teori-teori itu, yang berbau kesuksesan, yang berdalih kebijaksanaan, maupun yang bertopeng keTuhanan. Mereka hanya bisa membaca, memuja, berdecak kagum, lalu menyadur, atau bahkan menjiplak. Selalu banyak orang seperti itu. Menyadur ceramah-ceramah dari tokoh-tokoh (yang menurut mereka) sukses, lalu menggurui sesamanya. Juga yang membaca ayat-ayat kitab suci dengan wajah haru, lalu berceramah panjang lebar mengenai surga dan dosa. Dengan menyesal kukatakan, aku tak berminat dengan apa itu pengembangan diri, iman, moral, dan kiat-kiat kesuksesan. Persetan. Kau harus tahu, bukan salahku jika aku dilahirkan dengan jiwa pengembara. Pedagang, di mataku hanyalah budak-budak harta yang kotor dan hina. Buku-buku yang kau baca itu, setengah isinya adalah kiat-kiat untuk menipu orang, dan setengahnya lagi adalah untuk membuat bangkrut tetanggamu. Juga para pemuka agama, bagiku adalah iblis bertopeng malaikat, yang selalu mengatakan bahwa Tuhan mengasihi kita, dan kita harus mengasihi sesama, dan kita harus beramal, dan pahala kita besar di surga.... Aku tak pernah mengerti, kenapa mereka tak bilang saja langsung bahwa mereka butuh uang, seperempat untuk membangun rumah ibadah, seperempat untuk membantu fakir miskin, dan sisanya untuk bertamasya ke luar negeri. Para ahli filsafat.... ini yang paling memusingkan. Teori mereka indah seperti puisi, hanya saat dibaca pertama kali, dan jika kau baca lagi, kau bahkan tak tahu mantera dari bahasa apakah itu. Mereka pandai, terlalu pandai, juga terlalu bijaksana, sampai lupa akan dunia nyata. Itu sebabnya aku tak pernah memandang teori mereka lebih dari sepuluh detik. Orang-orang sukses bilang, aku ini miskin dan tak punya cita-cita. Tentu! Aku tak mau membuang waktu untuk kemewahan sesaat itu. Aku lebih cinta kebebasan. Orang-orang beriman bilang, aku ini kafir. Tidak kupungkiri, sebab walau bukan atheis, aku tetap tak terbiasa meminta pada yang tak terlihat, dan mengharap kue jatuh dari langit. Apalagi memimpikan hidup enak setelah mati. Bukan salahku kalau aku belum pernah mati. Jadi, mana aku tahu surga itu seperti apa. Para ahli filsafat bilang, aku ini orang bodoh, tidak bijaksana, tidak memahami apa arti kehidupan. Kuakui, aku memang tak pernah mengerti isi tulisan mereka. Nenek moyangku juga tidak mengerti, dan mereka bisa hidup serta berkembang biak dengan baik di dunia, tidak punah seperti jerapah berleher pendek. Kukira, mungkin ada yang kurang suka dengan isi tulisan ini. Tapi, apa yang bisa kau harapkan dari blog yang ditulis oleh orang sepertiku?

Wednesday, April 1, 2009

[Translation] Kisah

Ibu berkata, saat makan harus memegang sumpit dengan tangan kanan; di sekolah harus mendengarkan kata guru; harus belajar pada teman yang pandai; jika sakit harus berobat ke dokter; jangan pacaran di bawah umur; harus menghargai makanan; menghormati orang tua; menyayangi dan melindungi anak-anak; jangan dandan dan bercermin sepanjang hari; rambut jangan disemir kuning; jangan berpakaian yang aneh-aneh; kecantikan hati dan tingkah laku lebih penting dari apapun; harus menjaga kebersihan diri sendiri; jangan sembarangan melakukan hubungan * antara pria dan wanita (diistilahkan: jangan jadi sepatu butut); harus bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.... Apakah yang dikatakan ibu itu benar?

Sungguh benar apa yang dikatakan ibu, karena semua itu adalah moral adat tradisional bangsa Zhonghua. Asalkan itu adalah moral, maka semuanya adalah benar. Orang Zhongguo pun berkata, saat seratus orang mengatakan bahwa kau adalah monyet, kau akan segera memanjat pohon dan berayun di atasnya. Namun suatu hari, kita menemukan, atlet yang bermain dengan tangan kiri (kidal) menjadi juara dunia; anak-anak yang menurut pada guru, setelah dewasa disiksa suami sepanjang hari; sakit dan berobat ke dokter, lalu dokter akan membukakan resep yang satu kali harganya sama dengan gaji satu bulan; yang menghargai makanan tetap menghargai makanan, karena miskin, jadi tak mungkin tak menghargai makanan, dan saat kau sedang menghargai makanan, orang lain memberikan sirip ikan dan kura-kura yang tak habis dimakan kepada babi. Saat naik kendaraan umum, kau memberikan tempat duduk pada orang tua, dan orang tua itu segera duduk dengan tenang, lalu tak akan mengucapkan terima kasih. Kau menyayangi dan melindungi anak-anak, lalu anak-anak akan berkomplot, membentuk gank dan menindas anak keluarga lain. Gadis-gadis berpakaian aneh mendapat banyak sekali mawar pada saat valentine; yang sembarangan melakukan hubungan *, semuanya menikah dengan pria-pria kaya, naik mobil mewah dan "bersenang-senang dahulu". Yang "memakai sepatu butut" semua pergi menggaet pria, meninggalkanmu kesepian sendiri di kamar kosong.

Ibu sedang bercerita, hal-hal yang ada dalam cerita; yang dibilang benar adalah benar, salah juga tetap benar; yang dibilang salah adalah salah, benar juga tetap salah. Ya, jika kita berpikir dengan hati yang tenang, pasti dapat menemukan, di dunia ini tidak ada yang disebut "benar" ataupun "salah", tidak ada yang disebut "aturan", tidak ada yang disebut "peraturan". Karena baik dan jahat hanyalah ilusi yang ditimbulkan karena posisi dan keadaan yang berbeda. Aturan dan peraturan, adalah dinding segi empat yang dibangun untuk menjaga kepentingan dan kemajuan sebagian besar orang. Di dalam dinding segi empat ini, kita tak bisa melihat dunia luar, berjalan seiring waktu, matahari terbit dan terbenam, lahir, tua, sakit, lalu mati. Di dalam dinding segi empat ini, kita tak mengerti kebenaran, seringkali begitu saja melihat: polisi menerjang masuk, tentara bertank menerjang masuk, sepatu kulit menari, tongkat-tongkat dipukulkan; melihat pisau yang tajam menusuk, peluru menembus; kita melihat darah segar, melihat mayat, melihat peti mati, melihat air mata, melihat kepedihan, melihat kemarahan, melihat kebencian, dendam yang terus berputar dan berulang-ulang. Setiap hari kita dapat merasakan kematian, mendengar suara tembakan, orang-orang selalu meneriakkan: damai, damai, damai, patriotisme, patriotisme, patriotisme. Kedamaian dan patriotisme, adalah bunga matahari yang tumbuh di atas makam, carnation yang mekar di atas mayat. Saat mayat yang ditumbuhi carnation beserta bunga matahari didorong masuk ke dalam tungku kremasi dan terbakar menjadi abu; kita akan mendengar dari surat kabar, dari majalah, dari televisi, dari siaran radio, dari cerita-cerita, kita mendengar satu demi satu kisah-kisah tentang pembantaian dan patriotisme.

Hari berganti hari, berputar dan kembali berulang, terasa baru dan menarik, mengasyikkan dan tidak membosankan. Kita menjadi anak-anak yang lugu, duduk di samping tumpukan yang ini atau yang itu, mendengar kisah-kisah masa lalu dari paman yang ini atau kakek yang itu. Maka, tak peduli apakah kau orang besar ataupun kecil tak berarti, tak peduli miskin ataupun kaya, tak peduli apa kau cantik atau buruk rupa, tak peduli kau terhormat ataupun hina. Sesungguhnya, kita semua adalah anak-anak yang suka mendengar kisah, mendengar dan mendengar, berayun dan berayun, seperti mabuk. Tanpa disadari, kita pun menjadi tokoh dalam kisah. Kita semua hidup dalam kisah masing-masing, membedakan benar, salah, cantik, buruk, setia dan laknat dari sisi dan tingkah laku tokoh dalam kisah.

Taken From : Ghost Story Website
Original Story Title : Illusion Skill
Translated By : 风无形 (me lah! no 1 else here)