Tuesday, December 15, 2009

Untuk Cinta dan Kebencian

Dendam dan kebencian... dua bersaudara yang sering ditolak orang. Terkadang muak rasanya melihat sekumpulan orang berwajah naif yang berlagak menasehati orang lain untuk melupakan dendam dan mengobarkan cinta kasih. Apa salah dendam sehingga ia begitu dibenci? Apa pula jasa cinta hingga ia begitu diinginkan? Pada kenyataannya, dendam dapat melahirkan pahlawan. Dan cinta bisa membuat orang jadi gila. Kurasa hanya pecundang saja yang menolak dendam ataupun cinta. Ya. Pecundang kataku! Sesungguhnya mereka hanya takut diperbudak oleh dendam saja, lalu kemudian memilih cinta, dan akhirnya justru diperbudak oleh cinta. Aku tak tahu entah harus mencibir atau menghela nafas melihat orang-orang seperti ini.
Bermain dengan dendam, memaki, mengumpat, dan ingin membantai seluruh kota hingga tiga hari, lalu memalingkan wajah dan tertawa bersama cinta untuk tiga hari selanjutnya. Tersenyum, lalu mengalirkan air mata, menulis ribuan sajak cinta, dan di kala yang lain mengutuk seluruh dunia. Sesaat menjadi pahlawan, sesaat menjadi pengembara, lalu mabuk oleh cinta, dan berubah menjadi pujangga. Bukankah hidup ini menarik adanya? Seperti menuang warna merah di samping hijau, lalu menguaskan warna biru di bawahnya, juga kuning, ungu, dan hitam. Hanya pelukis bodoh saja yang mau diperbudak oleh warna, dan bukan sebaliknya.
Ah... aku jadi teringat sebagian orang lagi, yang menolak seluruh cinta dan dendam, mengejar kehampaan katanya. Mungkin mereka sedikit lebih cerdik dari orang-orang naif yang kusebut sebelumnya. Setidaknya mereka tidak diperbudak oleh keduanya. Tapi jika dipikir-pikir, bukankah ini namanya melarikan diri? Seperti pemuda di jaman perang yang tak tahu harus memihak negara mana, lalu memilih mengasingkan diri di dalam gua. Pada akhirnya ia memang tak akan terbunuh. Tapi bukankah selamanya ia tak tahu rasanya memegang tombak, meregang busur, terluka dan dilukai? Bukankah ia tak tahu rasanya negara hancur dan tak mengerti rasanya menguasai dunia?
Lima ribu tahun sejarah bergulir, perang, damai, makmur, kacau, kembali berperang lalu kembali damai. Siapa lebih kuat dari siapa, siapa menaklukkan siapa? Siapa mencintai siapa, dan siapa membenci siapa? Hidup, tertawa, menangis, tak peduli, lalu mati. Tak ada yang abadi. Manusia pun punya 7 emosi dan 6 keinginan. Mengapa tak bermain di antaranya? Memanggil dan mengusir dendam ataupun cinta sesuka hati, sengaja tenggelam di dalamnya tapi tidak untuk selamanya. Bukankah itu lebih menyenangkan?

Saturday, November 21, 2009

2009.11.21

Aku adalah aku. Bukan anak siapapun, bukan saudara siapapun, bukan teman siapapun, bukan kekasih siapapun, bukan hamba siapapun, dan bukan tuan siapapun. Aku bukan penduduk manapun, bukan anggota perkumpulan apapun, bukan warga negara manapun, bukan pemeluk agama apapun, dan bukan dari etnis apapun. Aku tidak tinggal di dunia, dan bukan bagian dari alam manapun. Aku berpikir hanya dengan otakku, hidup hanya dengan jalanku, berbicara hanya dengan bahasaku, dan bermain hanya dengan keinginanku. Aku adalah aku, dan hanya akan menjadi aku.

Dan mereka yang pernah kulibatkan dalam permainanku, juga yang pernah membuatku menerima permainan mereka, tentu hanyalah orang-orang yang layak saja. Aku tak tersenyum pada semua orang, juga tak berbicara pada semua orang. Tentu saja, semua sesuai dengan keinginanku... Hidup ini seperti bermain game bagiku. Terkadang aku mencari game, terkadang pula ada yang menawarkannya padaku. Tentu tak semuanya kumainkan, dan tak semuanya bisa kumenangkan. Ada yang game over karena kebodohanku, ada yang error lalu hang di tengah-tengah, ada pula yang kutinggalkan karena sudah tak berarti. Ada game yang hanya kumainkan beberapa menit saja, dan ada pula yang akan kumainkan seumur hidup. Ada game yang kumainkan dengan kacau, dan ada pula yang membuat aku rela mati karenanya. Dan tentu saja, semua itu masih tergantung pada keinginanku...

Friday, October 23, 2009

2009.10.23

Pria itu harus punya pandangan dan cita-cita. Menikah dengan seorang pria, berarti juga harus menikah dengan cita-citanya. Maka dari itu, menyukai seorang pahlawan itu mudah, namun untuk mencintainya itu sulit. Saat Yuji menikah dengan Xiang Yu, seharusnya sejak awal ia sudah siap untuk hal seperti kekalahan di Gaixia itu. Sebab jika tidak, ia tak ada bedanya dengan pelacur. Pahlawan itu bukan petani. Raja itu juga bukan pengembara. Para pendekar Liang Shan bukan tuan muda kaya yang punya banyak waktu untuk menemani kekasihnya berjalan-jalan di taman. Tak mungkin Lin Daiyu bersanding dengan Zhu Yuanzhang. Kecuali kalau hanya semalam. Jika tidak, pasti akan jadi drama air mata yang menggelikan. Tak dapat dipungkiri, dalam kisah-kisah fiksi ada percintaan seperti Yuwen Han dan Jing Jingli. Hingga sekarang pun aku tak habis pikir, apakah Jing Jingli yang terlalu egois, atau Yuwen Han yang hanya pahlawan gadungan, hingga melepaskan dunia untuk seorang wanita. Sering kukatakan, cinta itu tak sebanding kekacauan dunia. Hanya saja, pada kenyataannya, ia justru sering mengacaukan dunia. Ah, sudahlah... kurasa otakku mulai kacau lagi...

Monday, September 14, 2009

notitle 090913

jangan katakan untuk melupakan, apalagi memaafkan. sebab darahku masih di sini, mengalir dalam tubuhku. darah yang telah diturunkan lima ribu tahun lamanya. kelahiranku adalah kesalahan yang telah diperbuat oleh leluhurku. dan hidupku hanyalah untuk menjadi saksi atas kebiadaban bangsamu. bersyukurlah! sebab aku bukan pahlawan. bukan pula prajurit yang datang untuk menagih hutang darah di antara kita. namun begitupun, aku bukan seorang pengkhianat! tidak seperti sebagian kaumku yang mengakui bangsa lain sebagai nenek moyangnya, lalu meludahi dan mencampur-adukkan darah mereka. bersyukurlah! sebab aku ini hanya seorang penonton. aku tak akan mengobarkan api di kota-kotamu. tak akan menjarah dan membantai anak-anak serta wanitamu. bersyukurlah untuk itu! dan begitupun, aku bukan seorang pecundang, yang akan melupakan segala dendam di antara kita. sejarah itu ada, dan akan diturunkan hingga ribuan tahun lamanya. aku pun tak akan membantai kalian seperti saudara-saudara kalian telah membantai saudara-saudaraku. sebab aku tahu, dunia tidaklah buta. semuanya telah tercatat di mata segala bangsa. mereka telah melihat segala kebiadabanmu, dan akan selalu mengingatnya. maka tak perlu aku mengotori tanganku dengan darahmu. bersyukurlah untuk itu!

Friday, July 17, 2009

Membuatku muak saja....

"Mengapa para teroris melakukan hal semacam itu? Apa mereka tak punya rasa welas asih?" --- Menurutku, pertanyaan seperti itu sama saja dengan: "Mengapa orang gila itu telanjang di tengah jalan? Apa ia tak punya rasa malu?" --- Nah, jika kau bertanya seperti itu, rasanya aku harus mulai mengkhawatirkan otakmu. Kau tak bisa mengadili seekor anjing dengan hukum kerajaan kucing. Begitu pula, kau tak punya hak dan kuasa untuk mengharuskan semua orang punya pikiran yang sama denganmu, yang normal, baik, dan penuh rasa kemanusiaan (menurutmu). Dunia ini medan peperangan. Tak ada benar dan salah, tak ada baik dan jahat. Atas nama langit aku bersumpah, itu sungguh hanya perbedaan sudut pandang saja! Yang ada hanya menang, kalah, hidup, dan mati. Kau tak bisa menyalahkan musuh atas kematianmu. Kalau mau, salahkan saja dirimu sendiri yang kurang berkemampuan, tak becus membela diri. Atau yang lebih mudah lagi, salahkan saja takdir! Memang tragis rasanya, tapi apa boleh buat, dunia memang seperti ini; mau kau akui atau tidak, tetap seperti ini. Bukan berarti aku membela kejahatan. Ini bukan masalah berpihak pada siapa atau lebih menyukai yang mana. Ini hanya masalah membuka mata dan berpikir. Kalau kau mau dunia ini damai, tak ada perang, tak ada pertikaian, tak ada kesengsaraan, maka kukira kau hidup di tempat yang salah. "Kebaikan pada akhirnya pasti akan menang" --- Kalimat yang indah kan! Aku pun suka. Sayangnya itu hanya ada di layar televisi dan dalam buku kumpulan dongeng sebelum tidur. Aku pun berharap bisa hidup di dalamnya. Sayangnya, otakku melarang hal itu, nalarku berteriak bahwa ini masih di dunia nyata. Kurasa kau sudah cukup dewasa, seharusnya sudah pernah mempelajari sejarah. Sejak beberapa ribu tahun sebelum masehi, yang namanya kejahatan dan pertikaian itu selalu ada. Kalau tak percaya, baca saja sejarah (bukan dongeng anak)! Bahkan dinosaurus pun saling bertarung; yang pemakan daging, juga yang pemakan tumbuhan. Ini kan hukum alam! Kalau kau masih juga memimpikan dunia yang damai dan hanya berisi kebaikan saja, rasanya kau lebih baik pergi ke surga. Seperti yang kau percaya, di sana (katanya) ada kehidupan abadi yang sungguh baik. Yang pasti, dunia nyata ini tak cocok untukmu. Sebab kejahatan dan perang itu akan selalu ada. Selalu. Setidaknya sampai bumi berbenturan dengan benda langit lain dan hancur berkeping-keping, dan atau tak ada lagi makhluk hidup di atasnya. Sungguh buruk kedengarannya, tapi apa boleh buat, suka tak suka, memang begini kenyataannya.

Thursday, May 21, 2009

notitle 090521

Ujung langit dan batas lautan. Aku pernah berkata, itu bukanlah akhir segalanya. Namun aku tahu, segalanya tak pernah semudah menghunus pedang ataupun memaki takdir. Dunia itu luas. Mungkin ada yang berkata bahwa ia sempit, namun pada kenyataanya, terlalu banyak mimpi yang tak dapat diraih, terlalu banyak cinta yang tak dapat ditemukan. Sekali lagi, dunia ini terlalu luas. Dan aku tak punya sayap untuk mengarungi seribu gunung dan lautan. Sesungguhnya aku ini hanya seorang iblis yang tanpa sengaja meneguk arak cinta. Hingga menuliskan namamu di atas semua mimpiku. Hingga berharap untuk berkelana ke ujung dunia hanya untuk menjumpaimu. Tak pernah berharap untuk memiliki. Tak pernah pula memimpikan apa itu keabadian. Hanya saja terlalu merindukanmu. Terlalu ingin menuliskan kembali kisah tentang kita. Mengukirkan kembali nama-nama kita di atas sejarah. Aku tak tahu, apa di kehidupan ini kita masih dapat bertemu. Sungguh tak tahu. Aku ini hanyalah seekor ulat yang tak punya sayap, yang mencoba mengejar bintang dengan segala cinta dan kerinduannya.

Thursday, May 14, 2009

Mimpiku Yang Sesungguhnya

Waktu kecil, kudengar dunia persilatan itu berbahaya, hati manusia tak dapat diduga. Setelah dewasa, kulihat kerajaan itu hitam dan gelap, penuh dengan tipu muslihat. Harta, kuasa, nama, dan cinta. Sesungguhnya manusia hanyalah hewan serakah yang suka berpikir. Sebagian demi kenikmatan, sebagian lagi demi apa yang mereka sebut prinsip. Membandingkan apa yang mereka sebut benar dan salah, menandingkan apa yang mereka anggap asli dan palsu. Para ahli filsafat dan agama selalu punya waktu untuk itu. Ya, orang-orang keras kepala yang suka berbicara itu, mereka memang sering disebut bijaksana. Sedangkan para budak harta dan anjing tahta itu, lebih tak layak lagi untuk dibahas. Aku ini hanya seorang gadis bodoh, tak tahu apa-apa. Aku hanya tahu, sejak awal jaman, tak ada satupun kerajaan yang abadi, tak ada satupun manusia yang tak mati. Kaisar yang paling bijaksana maupun yang paling bodoh, semua berakhir di dalam makam. Pahlawan besar maupun penjahat terkenal, semua hanya tinggal nama dalam catatan sejarah. Tidak terkecuali. Apa itu benar? Apa itu salah? Apa itu baik? Apa itu jahat? Tak penting, sungguh tak penting. Apalagi surga dan neraka; apalagi kehidupan abadi setelah mati; itu juga hanya legenda yang tak pernah dapat dibuktikan keberadaannya. Sesungguhnya cita-citaku tidaklah begitu tinggi. Aku tak perlu mengukir nama di atas prasasti, juga tak mau hidup di tengah lautan harta. Sesungguhnya dalam kehidupan ini, aku hanya ingin.... melihat-lihat dengan mata kepala sendiri; melihat kehidupan, melihat kematian, melihat kemakmuran, melihat kehancuran. Bodohlah aku jika berharap bumi ini tak akan musnah. Naif pula jika berpikir negara ini akan bertahan ribuan tahun. Sesungguhnya mimpiku tidaklah berlebihan. Aku tak mau mengubah atau mempertahankan, bahkan memperebutkan apa pun. Dalam kehidupan ini, aku hanya ingin.... melihat-lihat dengan mata kepala sendiri; menjadi saksi atas sejarah, atas dunia dan segala perubahannya. Melihat-lihat, hanya itu....

Monday, May 4, 2009

notitle 090504

kau bilang,
angin yang berhembus itu akan membawa pergi cinta kita;
kau bilang,
jangan berkata untuk mengikutimu ke ujung dunia.

lalu malam tetap kelabu,
sungai tetap membiru,
dan lagu itu tetap tak menemukan bait terakhirnya;
kau tetap di ujung langit,
aku tetap di batas lautan.

tuan,
jika mencintaimu hanyalah sebuah mimpi,
maka jangan biarkan aku tersadar;
sebab aku hanyalah ulat di daratan,
yang terus berlari mengejar bintang;
tak peduli setinggi apa langit,
tak peduli seluas apa bumi.

Monday, April 6, 2009

Blog - Their Blog - My Blog - Me

Aku tak butuh teori-teori itu, yang berbau kesuksesan, yang berdalih kebijaksanaan, maupun yang bertopeng keTuhanan. Mereka hanya bisa membaca, memuja, berdecak kagum, lalu menyadur, atau bahkan menjiplak. Selalu banyak orang seperti itu. Menyadur ceramah-ceramah dari tokoh-tokoh (yang menurut mereka) sukses, lalu menggurui sesamanya. Juga yang membaca ayat-ayat kitab suci dengan wajah haru, lalu berceramah panjang lebar mengenai surga dan dosa. Dengan menyesal kukatakan, aku tak berminat dengan apa itu pengembangan diri, iman, moral, dan kiat-kiat kesuksesan. Persetan. Kau harus tahu, bukan salahku jika aku dilahirkan dengan jiwa pengembara. Pedagang, di mataku hanyalah budak-budak harta yang kotor dan hina. Buku-buku yang kau baca itu, setengah isinya adalah kiat-kiat untuk menipu orang, dan setengahnya lagi adalah untuk membuat bangkrut tetanggamu. Juga para pemuka agama, bagiku adalah iblis bertopeng malaikat, yang selalu mengatakan bahwa Tuhan mengasihi kita, dan kita harus mengasihi sesama, dan kita harus beramal, dan pahala kita besar di surga.... Aku tak pernah mengerti, kenapa mereka tak bilang saja langsung bahwa mereka butuh uang, seperempat untuk membangun rumah ibadah, seperempat untuk membantu fakir miskin, dan sisanya untuk bertamasya ke luar negeri. Para ahli filsafat.... ini yang paling memusingkan. Teori mereka indah seperti puisi, hanya saat dibaca pertama kali, dan jika kau baca lagi, kau bahkan tak tahu mantera dari bahasa apakah itu. Mereka pandai, terlalu pandai, juga terlalu bijaksana, sampai lupa akan dunia nyata. Itu sebabnya aku tak pernah memandang teori mereka lebih dari sepuluh detik. Orang-orang sukses bilang, aku ini miskin dan tak punya cita-cita. Tentu! Aku tak mau membuang waktu untuk kemewahan sesaat itu. Aku lebih cinta kebebasan. Orang-orang beriman bilang, aku ini kafir. Tidak kupungkiri, sebab walau bukan atheis, aku tetap tak terbiasa meminta pada yang tak terlihat, dan mengharap kue jatuh dari langit. Apalagi memimpikan hidup enak setelah mati. Bukan salahku kalau aku belum pernah mati. Jadi, mana aku tahu surga itu seperti apa. Para ahli filsafat bilang, aku ini orang bodoh, tidak bijaksana, tidak memahami apa arti kehidupan. Kuakui, aku memang tak pernah mengerti isi tulisan mereka. Nenek moyangku juga tidak mengerti, dan mereka bisa hidup serta berkembang biak dengan baik di dunia, tidak punah seperti jerapah berleher pendek. Kukira, mungkin ada yang kurang suka dengan isi tulisan ini. Tapi, apa yang bisa kau harapkan dari blog yang ditulis oleh orang sepertiku?

Wednesday, April 1, 2009

[Translation] Kisah

Ibu berkata, saat makan harus memegang sumpit dengan tangan kanan; di sekolah harus mendengarkan kata guru; harus belajar pada teman yang pandai; jika sakit harus berobat ke dokter; jangan pacaran di bawah umur; harus menghargai makanan; menghormati orang tua; menyayangi dan melindungi anak-anak; jangan dandan dan bercermin sepanjang hari; rambut jangan disemir kuning; jangan berpakaian yang aneh-aneh; kecantikan hati dan tingkah laku lebih penting dari apapun; harus menjaga kebersihan diri sendiri; jangan sembarangan melakukan hubungan * antara pria dan wanita (diistilahkan: jangan jadi sepatu butut); harus bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.... Apakah yang dikatakan ibu itu benar?

Sungguh benar apa yang dikatakan ibu, karena semua itu adalah moral adat tradisional bangsa Zhonghua. Asalkan itu adalah moral, maka semuanya adalah benar. Orang Zhongguo pun berkata, saat seratus orang mengatakan bahwa kau adalah monyet, kau akan segera memanjat pohon dan berayun di atasnya. Namun suatu hari, kita menemukan, atlet yang bermain dengan tangan kiri (kidal) menjadi juara dunia; anak-anak yang menurut pada guru, setelah dewasa disiksa suami sepanjang hari; sakit dan berobat ke dokter, lalu dokter akan membukakan resep yang satu kali harganya sama dengan gaji satu bulan; yang menghargai makanan tetap menghargai makanan, karena miskin, jadi tak mungkin tak menghargai makanan, dan saat kau sedang menghargai makanan, orang lain memberikan sirip ikan dan kura-kura yang tak habis dimakan kepada babi. Saat naik kendaraan umum, kau memberikan tempat duduk pada orang tua, dan orang tua itu segera duduk dengan tenang, lalu tak akan mengucapkan terima kasih. Kau menyayangi dan melindungi anak-anak, lalu anak-anak akan berkomplot, membentuk gank dan menindas anak keluarga lain. Gadis-gadis berpakaian aneh mendapat banyak sekali mawar pada saat valentine; yang sembarangan melakukan hubungan *, semuanya menikah dengan pria-pria kaya, naik mobil mewah dan "bersenang-senang dahulu". Yang "memakai sepatu butut" semua pergi menggaet pria, meninggalkanmu kesepian sendiri di kamar kosong.

Ibu sedang bercerita, hal-hal yang ada dalam cerita; yang dibilang benar adalah benar, salah juga tetap benar; yang dibilang salah adalah salah, benar juga tetap salah. Ya, jika kita berpikir dengan hati yang tenang, pasti dapat menemukan, di dunia ini tidak ada yang disebut "benar" ataupun "salah", tidak ada yang disebut "aturan", tidak ada yang disebut "peraturan". Karena baik dan jahat hanyalah ilusi yang ditimbulkan karena posisi dan keadaan yang berbeda. Aturan dan peraturan, adalah dinding segi empat yang dibangun untuk menjaga kepentingan dan kemajuan sebagian besar orang. Di dalam dinding segi empat ini, kita tak bisa melihat dunia luar, berjalan seiring waktu, matahari terbit dan terbenam, lahir, tua, sakit, lalu mati. Di dalam dinding segi empat ini, kita tak mengerti kebenaran, seringkali begitu saja melihat: polisi menerjang masuk, tentara bertank menerjang masuk, sepatu kulit menari, tongkat-tongkat dipukulkan; melihat pisau yang tajam menusuk, peluru menembus; kita melihat darah segar, melihat mayat, melihat peti mati, melihat air mata, melihat kepedihan, melihat kemarahan, melihat kebencian, dendam yang terus berputar dan berulang-ulang. Setiap hari kita dapat merasakan kematian, mendengar suara tembakan, orang-orang selalu meneriakkan: damai, damai, damai, patriotisme, patriotisme, patriotisme. Kedamaian dan patriotisme, adalah bunga matahari yang tumbuh di atas makam, carnation yang mekar di atas mayat. Saat mayat yang ditumbuhi carnation beserta bunga matahari didorong masuk ke dalam tungku kremasi dan terbakar menjadi abu; kita akan mendengar dari surat kabar, dari majalah, dari televisi, dari siaran radio, dari cerita-cerita, kita mendengar satu demi satu kisah-kisah tentang pembantaian dan patriotisme.

Hari berganti hari, berputar dan kembali berulang, terasa baru dan menarik, mengasyikkan dan tidak membosankan. Kita menjadi anak-anak yang lugu, duduk di samping tumpukan yang ini atau yang itu, mendengar kisah-kisah masa lalu dari paman yang ini atau kakek yang itu. Maka, tak peduli apakah kau orang besar ataupun kecil tak berarti, tak peduli miskin ataupun kaya, tak peduli apa kau cantik atau buruk rupa, tak peduli kau terhormat ataupun hina. Sesungguhnya, kita semua adalah anak-anak yang suka mendengar kisah, mendengar dan mendengar, berayun dan berayun, seperti mabuk. Tanpa disadari, kita pun menjadi tokoh dalam kisah. Kita semua hidup dalam kisah masing-masing, membedakan benar, salah, cantik, buruk, setia dan laknat dari sisi dan tingkah laku tokoh dalam kisah.

Taken From : Ghost Story Website
Original Story Title : Illusion Skill
Translated By : 风无形 (me lah! no 1 else here)

Wednesday, March 25, 2009

I am a DARK ANGEL & going to HELL

"Demon, Angel, or Other?"
You are both Ligth and Dark , Good and Evil You Do as you please and what you fell like doing

"Are You Going To Heaven.... or Hell?"
You know how to be a real bitch!!!! dont always do the right thing and have the bad ass reputation. But then again hell is just a really hot sauna...right?

dark angel? ok lah. itu jawaban yg sangat realistis & memuaskan. tapi yg kedua.... berarti pilihannya cuman heaven ama hell? ga ada tengah2nya gitu? ga seru banget! padal sejak kecil yakin seyakin-yakinnya bahwa ga ada manusia yg benar2 baik & ga ada manusia yg benar2 jahat. orang baik pasti punya sisi jahat & orang jahat pasti punya sisi baik. di dunia ini kan ga ada hitam yg benar2 hitam ato putih yg benar2 putih, adanya cuman warna abu2 yg berbeda-beda, ada abu2 gelap, ada abu2 terang, ada abu2 sedang, dst.... dengan kode hexa (ato RGB? ato apa itu namanya) yg berbeda-beda pula.... lalu kenapa cuman ada heaven & hell? ato mungkin seperti dalam buku, surga dibagi jadi 7 ato berapa itu (lupa) & neraka dibagi jadi 18 (nah, kalo neraka malah inget)? peduli amat lah! mau ke mana situ!
sesungguhnya iblis hanyalah anak-anak yang terluka
sedangkan malaikat adalah iblis-iblis bertopeng putih
jadi apa pedulimu?

Saturday, March 21, 2009

Pendahuluan

Inilah ujung dunia, di mana pengembara tak mau singgah, dan pengendara kuda tak pernah menapakkan kakinya.... Blablabla.... (otak lagi hang, ga ada puisi)

Landasan Penulisan Blog :
1. bosen
2. kurang kerjaan
3. lagi pengen membual
4. membuang waktu
5. memboroskan ongkos internet
6. dst....